Kamis, 21 Agustus 2014

Desain Eksperimen

DESAIN PENELITIAN EKSPERIMENTAL

Pengertian
            Desain penelitian adalah rencana atau strategi yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian. Desain atau perencanaan diperlukan sebelum kita melakukan atau mebuat sesuatu agar hasilnya sesuai dengan keinginan atau harapan.  Dengan menentukan hasil penelitian, kemungkinan hasil penelitiannya ada dua, yaitu menerima Ho atau menolak Ho.
Fungsi Desain
            Desain penelitian eksperimental sangat memegang peranan penting, terutama karena menyangkut dua hal, yaitu menjawab masalah atau menguji hipotesis penelitian dan mengontrol VS. Pertama, masalah penelitian hanya dapat dijawab apabila desain penelitian yang digunakan merupakan desain yang tepat. Hal ini berlaku bagi penelitian eksperimental maupun penelitian non-eksperimental. Kedua, desain penelitian eksperimental menunjukkan control terhadap VS. Tujuan penelitian eksperimental dalam varians adalah memaksimalkan varians sistematik, meminimalkan varians kesalahan, dan mengontrol varians sekunder.
            Mengontrol varians sekunder pada penelitian non-eksperimental tidak dapat dilakukan sebesar seprti pada penelitian eksperimental. Sangat sulit untuk penelitian selain penelitian eksperimental untuk dapat mengontrol varians sekunder sebanyak mungkin. Walaupun pada penelitian eksperimental tidak semua VS dapat dikontrol, namun kita dapat megusahakan sebanyak mungkin VS untuk dikontrol. Setiap desain eksperimental memiliki teknik-teknik kntrol tertentu yang dapat seoptimal mungkin mengontrol VS yang ada pada suatu permasalahan, namun tidak berlaku pada semua permasalahan.

Senin, 03 Februari 2014

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2011 mencapai USD11,9 miliar, meningkat cukup
tajam dibandingkan USD7,7 miliar pada triwulan sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh lonjakan surplus transaksi
modal dan finansial yang melampaui penurunan surplus transaksi berjalan. Sejalan dengan itu, jumlah cadangan
devisa pada akhir Juni 2011 meningkat menjadi USD119,7 miliar atau setara dengan 6,8 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Transaksi berjalan mencatat surplus sebesar USD0,2 miliar, ditopang oleh kenaikan ekspor nonmigas dan
ekspor gas. Namun, surplus tersebut menyusut dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai USD2,1 miliar
akibat meningkatnya defisit pada neraca perdagangan minyak, neraca jasa, dan neraca pendapatan. Kenaikan
defisit pada ketiga neraca ini terutama disebabkan oleh meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang
memicu kenaikan impor minyak, bertambah banyaknya penduduk Indonesia yang bepergian ke luar negeri, dan
besarnya pembayaran imbal hasil kepada investor asing sejalan dengan kenaikan arus masuk investasi asing.
Penurunan kinerja transaksi berjalan tersebut dapat diimbangi oleh surplus transaksi modal dan finansial yang
meningkat signifikan menjadi sebesar USD12,5 miliar dari USD6,4 miliar pada triwulan sebelumnya. Arus masuk
investasi langsung ke Indonesia (PMA) terus meningkat sejalan dengan iklim investasi yang semakin kondusif. Arus
masuk investasi portofolio juga meningkat didorong oleh masih tingginya ekses likuiditas di pasar keuangan global
dan tetap menariknya imbal hasil investasi di dalam negeri. Selain itu, peningkatan kebutuhan pembiayaan di dalam
negeri mendorong sektor swasta untuk menarik utang maupun simpanan dari luar negeri sehingga investasi lainnya
mencatat surplus.


PERKEMBANGAN NPI TW. II-2011 SERTA FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHINYA

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada Tw. II-2011 mencatat surplus USD11,9 miliar, terutama didorong
oleh lonjakan surplus transaksi modal dan finansial yang mencapai USD12,5 miliar, meningkat signifikan dibanding
USD6,4 miliar pada triwulan sebelumnya. Seluruh komponen transaksi modal dan finansial mengalami surplus.
Sumber terbesar berasal dari derasnya aliran masuk modal asing ke dalam instrumen saham dan surat utang baik
pemerintah maupun swasta, diikuti oleh penarikan pinjaman luar negeri sektor swasta dan penarikan simpanan
swasta dari perbankan di luar negeri. Selain itu, aliran masuk PMA dan simpanan bukan penduduk pada perbankan
domestik juga mengalami peningkatan. Di sisi lain, transaksi berjalan mencatat surplus sebesar USD0,2 miliar,
ditopang oleh kenaikan ekspor nonmigas dan ekspor gas. Namun, surplus transaksi berjalan tersebut menyusut
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai USD2,1 miliar akibat meningkatnya tekanan defisit neraca
perdagangan minyak, neraca jasa, dan neraca pendapatan. Sejalan dengan perkembangan NPI dimaksud, jumlah
cadangan devisa pada akhir periode laporan bertambah menjadi sebesar USD119,7 miliar.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia selama Tw. II-2011,
antara lain:
• Volume perdagangan dunia dan harga komoditas internasional yang tinggi mendorong kinerja ekspor di
triwulan laporan;
• Pertumbuhan ekonomi Tw. II-2011 cukup tinggi mencapai 6,5%, didukung oleh pertumbuhan konsumsi
rumah tangga dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 4,6% dan 9,2%. Perkembangan permintaan
domestik ini, ditambah dengan berlanjutnya penguatan nilai tukar rupiah, mendorong akselerasi pertumbuhan
impor nonmigas;
• Penghentian produksi secara tidak terduga (unplanned shutdown) dan penurunan kinerja sumur secara alamiah
menyebabkan produksi minyak nasional turun dari 0,908 juta barel per hari (bph) pada triwulan sebelumnya
menjadi sebesar 0,902 juta bph pada Tw. II-2011. Penurunan produksi minyak yang terjadi di tengah konsumsi
BBM yang relatif tinggi menyebabkan kebutuhan impor minyak meningkat. Kenaikan volume impor minyak,
disertai oleh harga minyak di pasar internasional yang juga terus naik, memberikan andil terhadap kenaikan
defisit neraca perdagangan minyak;
• Kombinasi faktor penarik dari dalam negeri (pull factors) dan faktor pendorong dari luar negeri (push factors)
mendorong derasnya arus masuk modal asing ke instrumen rupiah, terutama SUN dan saham. Faktor-faktor
domestik tampak pada fundamental ekonomi yang kondusif, imbal hasil yang relatif tinggi dengan pergerakan
indikator risiko yang relatif stabil, dan ekspektasi currency gain di kalangan investor. Faktor-faktor eksternal
tercermin pada ketidakpastian dan lambannya proses pemulihan krisis utang di beberapa negara di kawasan
Eropa dan Amerika Serikat yang terjadi di tengah masih tingginya ekses likuiditas global. Hal ini juga
berimplikasi pada penguatan lebih lanjut nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dari rata-rata Rp8.899/USD pada
Tw. I-2011 menjadi rata-rata Rp8.590/USD pada Tw. II-2011.


PENGARUH FAKTOR RECENCY BIAS DENGAN PENYAJIAN INFORMASI ANALISIS FUNDAMENTAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI SAHAM